SELAMAT DATANG DI BLOG BOCAH NDALAN

Blog ini berisi tentang pendidikan agama islam yang diasuh oleh ustad ahmad Sa'ad.

Kamis, 19 Mei 2011

ZIARAH KUBUR

Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni kuburan sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.

Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliau saw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi’, dan berkali kali beliau saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam shahihain Bukhari dan Muslim, dan beliau saw bersabda : “Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan, maka sekarang ziarahlah”. (Shahih Muslim hadits no.977 dan 1977)

Dan Rasulullah saw memerintahkan kita untuk mengucapkan salam untuk ahli kubur dengan ucapan “Assalaamu alaikum Ahladdiyaar minalmu’minin walmuslimin, wa Innaa Insya Allah Lalaahiquun, As’alullah lana wa lakumul’aafiah..” (Salam sejahtera atas kalian wahai penduduk penduduk dari Mukminin dan Muslimin, Semoga kasih sayang A llah atas yang terdahulu dan yang akan datang, dan Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian) (Shahih Muslim hadits no 974, 975, 976). Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw bersalam pada Ahli Kubur dan mengajak mereka berbincang-bincang dengan ucapan “Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul
kalian”.

Rasul saw berbicara kepada yang mati sebagaimana selepas perang Badr, Rasul saw mengunjungi mayat mayat orang kafir, lalu Rasulullah saw berkata : “wahai Abu Jahal bin Hisyam, wahai Umayyah bin Khalf, wahai ‘Utbah bin Rabi’, wahai syaibah bin rabi’ah, bukankah kalian telah dapatkan apa yang dijanjikan Allah pada kalian…?!, sungguh aku telah menemukan janji tuhanku benar..!”, maka berkatalah Umar bin Khattab ra : “wahai rasulullah.., kau berbicara pada bangkai, dan bagaimana mereka mendengar ucapanmu?”, Rasul saw menjawab : “Demi (Allah) Yang diriku dalam genggamannya, engkau tak lebih mendengar dari mereka (engkau dan mereka sama sama mendengarku), akan tetapi mereka tak mampu menjawab” (shahih Muslim hadits no.6498).

Makna ayat : “Sungguh Engkau tak akan didengar oleh yang telah mati”. Berkata Imam Qurtubi dalam tafsirnya makna ayat ini bahwa yang dimaksud orang yang telah mati adalah orang kafir yang telah mati hatinya dengan kekufuran, dan Imam Qurtubi menukil hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasul saw berbicara dengan orang mati dari kafir Quraisy yang terbunuh di perang Badr. (Tafsir Qurtubi Juz 13 hal 232).

Berkata Imam Attabari rahim ahullah dalam tafsirnya bahwa makna ayat itu : bahwa engkaua wahai Muhammad tak akan bisa memberikan kefahaman kepada orang yang telah dikunci Allah untuk tak memahami (Tafsir Imam Attabari Juz 20 hal 12, Juz 21 hal 55, )

Berkata Imam Ibn katsir rahimahullah dalam tafsirnya : “walaupun ada perbedaan pendapat tentang makna ucapan Rasul saw pada mayat mayat orang kafir pada peristiwa Badr, namun yang paling shahih diantara pendapat para ulama adalah riwayat Abdullah bin Umar ra dari riwayat riwayat shahih yang masyhur dengan berbagai riwayat, diantaranya riwayat yang paling masyhur adalah riwayat Ibn Abdilbarr yang menshahihkan riwayat ini dari Ibn Abbas ra dengan riwayat Marfu’ bahwa : “tiadalah seseorang berziarah ke makam saudara muslimnya didunia, terkecuali A llah datangkan ruhnya hingga menjawab salamnya”, dan hal ini dikuatkan dengan dalil shahih (riwayat shahihain) bahwa Rasul saw memerintahkan mengucapkan salam pada ahlilkubur, dan salam hanyalah diucapkan pada yang hidup, dan salam hanya diucapkan pada yang hidup dan berakal dan mendengar, maka kalau bukan karena riwayat ini maka m ereka (ahlil kubur) adalah sama dengan batu dan benda mati lainnya. Dan para salaf bersatu dalam satu pendapat tanpa ikhtilaf akan hal ini, dan telah muncul riwayat yang mutawatir (riwayat yang sangat banyak) dari mereka, bahwa Mayyit bergembira dengan kedatangan orang yang hidup ke kuburnya”. Selesai ucapan Imam Ibn Katsir (Tafsir Imam Ibn Katsir Juz 3 hal 439).

Rasul saw bertanya2 tentang seorang wanita yang biasa berkhidmat di masjid, berkata para sahabat bahwa ia telah wafat, maka rasul saw bertanya : “mengapa kalian tak mengabarkan padaku?, tunjukkan padaku kuburnya” seraya datang ke kuburnya dan menyolatkannya, lalu beliau saw bersabda : “Pemakaman ini penuh dengan kegelapan (siksaan), lalu Allah menerangi pekuburan ini dengan shalatku pada mereka” (shahih Muslim hadits no.956)

Abdullah bin Umar ra bila datang dari perjalanan dan tiba di Madinah maka ia segera masuk masjid dan mendatangi Kubur Nabi saw seraya berucap : Assalamualaika Yaa Rasulallah, Assalam ualaika Yaa Ababakar, Assalamualaika Ya Abataah (wahai ayahku)”. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.10051)

Berkata Abdullah bin Dinar ra : Kulihat Abdullah bin Umar ra berdiri di kubur Nabi saw dan bersalam pada Nabi saw lalu berdoa, lalu bersalam pada Abubakar dan Um ar ra” (Sunan Imam Baihaqiy ALkubra hadits no.10052). Sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yang pergi haji, lalu m enziarahi kuburku setelah aku wafat, maka sama saja dengan mengunjungiku saat aku hidup (Sunan Imam Baihaqiy Alkubra hadits no.10054).

Dan masih banyak lagi kejelasan dan memang tak pernah ada yang mengingkari ziarah kubur sejak Zaman Rasul saw hingga kini selama 14 abad (seribu empat ratus tahun lebih semua muslimin berziarah kubur, berdoa, bertawassul, bersalam dll tanpa ada yang mengharamkannya apalagi m engatakan musyrik kepada yang berziarah, hanya kini saja muncul dari kejahilan dan kerendahan pemahaman atas syariah, munculnya pengingkaran atas hal hal mulia ini yang hanya akan m enipu orang awam, karena hujjah hujjah mereka Batil dan lemah.

Dan mengenai berdoa dikuburan sungguh hal ini adalah perbuatan sahabat radhiyallahu’anhu sebagaimana riwayat diatas bahwa Ibn Umar ra berdoa dimakam Rasul saw, dan memang seluruh permukaan Bumi adalah milik Allah swt, boleh berdoa kepada Allah dimanapun, bahkan di toilet sekalipun boleh berdoa, lalu dimanakah dalilnya yang mengharamkan doa di kuburan?, sungguh yang mengharamkan doa dikuburan adalah orang yang dangkal pemahamannya, karena doa boleh saja diseluruh muka bumi ini tanpa kecuali.

Walillahittaufiq
Selengkapnya...

Ziarah Ke Makam Sunan Pandanaran/Bayat di Bayat,Klaten

Pada hari Selasa,17 Mei 2011 kemarin rombongan Yayasan Khidmatul Ummah(YKU) yang dipimpin oleh Kyai Ahmad Sa'ad berziarah ke Makam Sunan Pandanaran Bayat,Klaten.

Dan ini foto-foto dari berziarah kemarin.



Selengkapnya...

Sabtu, 14 Mei 2011

Allah Cinta Orang Yang Bersin

Bersin dan menguap adalah hal biasa yang kita alami setiap hari. Namun, pernahkah kita sadari bahwa islam itu mengatur kedua hal ini secara detail ?? dan juga , tahukah kita bahwa Allah itu mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap ?? . Nah, dalam artikel kali ini saya kutibkan artikel menarik tentang bersin dan menguap dari sudut pandang islam. Bagaimana mengatasinya .. dan alasan kenapa Allah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap ??

Rasulullsh menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut.
Rasulullah bersabda:
Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka ucapkanlah Al-Hamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan Yarhamukallahu, dan bila dijawab demikian, maka balaslah dengan ucapan Yahdikumullahu wa Yushlihubaalakum (HR. Bukhari, 6224).
Menguap adalah gejala yang menbuat otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut, dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam! Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Maka, apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan “menguap” ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.
Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap (Lihat Al-Haqa’iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155)
Selengkapnya...

Rahasia Dibalik Nama Muhammad

Rahasia dibalik nama Muhammad, dimana banyak makna yang tersirat dalam kebesaran nama yang sederhana itu. entah apakah ini merupakan salah satu mukjizat atau sekedar kebetulan saja, bahwa ada fakta menarik di abjad/huruf-huruf yang tersusun dari nama itu:

1. Kata Muhammad, jika kita gabungkan dalam bentuk normal mim ha mim dal, maka akan menjadi sebuah sekesta seorang manusia. sudah maklum adanya bahwa sebaik-baik mahluk / ciptaan yang pernah diciptakan oleh Tuhan di alam semesta ini adalah manusia dengan kelebihan aqal mereka, sementara mahluk lain hanyalah hayawan dan planet-planet yang penuh rahasia.

Manusia Sempurna:












2. kata Ahmad, jika kita cermati satu-persatu hurufnya mak huruf-huruf itu akan mennggambarkan sosok orang yang sedang melakukan sholat, tahukah kita bahwa sholat merupakan sebaik-baik doa dan ibadah yang pernah diperintahkanNya.

Ahmad Terpisah:















3. Kata Muhammad jika digabungkan huruf-hurufnya maka akan berbentuk layaknya manusia yang sedang sujud dalam shalat. dalam ritual sholat Sujud merupakan inti dari semua rukun-rukunnya, karena pada saat sujud manusia menundukkan 8 bagian tubuhnya di bumi bukti kepasrahan total kepada sang pencipta. hmmm betapa rahasia Tuhan sangat menggetarkan hati, saya yakin masih banyak tersirat rahasia-rahaisa lain dibalik sosok, nama dan semua yang berkaitan dengan sang kekasih sejati 'Habibullah: Muhammad'. Bgeitulah hasil temuan situs woamu.mangaku.net

Selengkapnya...

Selasa, 10 Mei 2011

Hukum Mengusap Wajah Setelah Solat

Hukum Mengusap Wajah Setelah Solat
Salah satu amalan yang ditentang oleh sekelompok kecil orang yang sebenarnya masih sangat awam dalam ilmu agama adalah masalah mengusap wajah setelah solat. Mereka berpendapat bahwa ini adalah bid’ah kerana Nabi Muhammad SAW tidak pernah melakukan. Maka dari itu, perkara ini perlulah dijawab secara ilmiah.

Seperti yang telah banyak dibahas, adanya ditinggalkan Nabi Muhammad SAW bukan berarti perkara tersebut adalah bid’ah yang sesat @ haram @ kalau melakukan maka akan masuk neraka.

Maka dalam hal ini, seorang ulama pembenteng Ahli Sunnah wal Jamaah di Indonesia telah menjawab isu ini di dalam kitabnya berjudul al-Hujjaj al-Qath’iyyah fi Shihhah al-Mu’taqadat wa al-Amaliyyah al-Nahdliyyah, Page 66:

Adanya Rasulullah SAW itu mengusap wajahnya dengan kedua belah tangannya setelah setiap kali doa. Telah terdapat di dalam sebagian Hadis-Hadis seperti berikut:

عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا دَعَا فَرَفَعَ يَدَيْهِ مَسَحَ وَجْهَهُ بِيَدَيْه

diceritakan dari al-Saib bin Yazid dari Bapaknya bahawa Nabi SAW adanya beliau ketika berdoa mengangkat kedua belah tangannya lalu mengusap wajahnya dengan kedua belah tangan. (Riwayat Sunan Abu Daud, no. 1275)

Begitu juga disunnahkan bagi orang yang telah solat untuk mengusap wajahnya dengan kedua belah tangannya, kerana sesungguhnya solat secara bahasa adalah doa, kerana terkandung di dalamnya beberapa doa kepada Allah Yang Menjadikan Mahasuci-Nya Ta’ala. Maka barangsiapa solat maka dia benar-benar telah berdoa kepada Allah azza wajalla. Maka yang kukuh dengan ini, disunnahkan bagi orang tersebut untuk mengusap wajahnya setelah setiap kali solat.

Berkata Imam Nawawi di dalam Kitab al-Azkar:

وروينا في كتاب ابن السني ، عن أنس رضي الله عنه ، قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا قضى صلاته مسح جبهته بيده اليمنى ، ثم قال : أشهد أن لا إله إلا الله الرحمن الرحيم ، اللهم أذهب عني الهم والحزن

Dan aku meriwayatkan di dalam kitab Ibn al-Sinni dari Anas RA. berkata: Adanya Rasulullah SAW ketika selesai solatnya, beliau mengusap dahinya dengan tangannya yang kanan lalu berdoa: “Aku bersaksi bahawasanya tidak ada tuhan kecuali Dia Zat Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, YA Allah, hilangkanlah dariku kesusahan dan kesedihan” (al-Azkar, 69).

Maka jadilah perkara tersebut sebagai dalil bahwa sesungguhnya mengusap wajah itu disyariatkan di dalam agama, dengan pengetahuan bahwasanya Nabi SAW juga mengamalkannya.
Selengkapnya...

Minggu, 08 Mei 2011

Shalawat Tibbil Qulub


"ALLAAHUMMA SHALLI 'ALAA SAYYIDINA MUHAMMADIN TIBBIL QULUUBI WADAWAAIHAA WA 'AAFIYATIL ABDAANI WASYIFAAIHAA WANUURIL ABSHAARI WADLIYAAIHAA WAQUWWATIL AJSAADI WAL ARWAAHI WAGHIDAA IHA WA'ALAA AALIHI WASHAHBIHI AJMA'IIN"
Artinya :
Ya Allah curahkanlah rahmat kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sebagai obat hati dan penyembuhnya, penyehat badan dan kesembuhannya dan sebagai penyinar penglihatan mata beserta cahayanya dan merupakan makanan pokok jasmani maupun rohani, Semoga sholawat dan salam tercurahkan pula kepada keluarga serta para shahabat-shahabatnya.

Fadhilah dan Khasiat Sholawat Tibbil Qulub :
Untuk menyembuhkan penyakit perut, sholawat ini dibaca 7 x, tiap-tiap satu kali ditiupkan pada satu gelas air kemudian diminum. Atau sholawat ini dibaca 7 x tiap kali membaca ditiupkan pada telapak tangan kemudian diusapkan pada perut yang sakit, Insya Allah akan segera sembuh dengan ijin Allah. Untuk hati yang sempit was-was dan bingung alias sumpek bacalah sholawat ini sebanyak-banyaknya, agar kita dijauhkan dari berbagai penyakit bacalah sholawat ini sebagai wirid setelah shalat maktubah (shalat fardlu) Insya Allah akan terhindar dari segala macam penyakit.
Selengkapnya...

Shalawat Nariyah


Allohumma sholli ‘sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taaamman ‘ala sayyidina Muhammadinilladzi tanhallu,bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil qurobu wa tuqdho bihil hawaaiju wa tunalu bihir roghooibu wa husnul khowaatimu wa yustasqol ghomamu biwajhihil kariem wa ‘ala aalihi wa shohbihi fie kulli lamhatin wa nafasim bi’adadi kulli ma’lumin laka


Arti: “Ya Alloh berilah sholawat dengan sholawat yang sempurna dan berilah salam dengan salam yang sempurna atas penghulu kami Muhammad yang dengannya terlepas segala ikatan, lenyap segala kesedihan, terpenuhi segala kebutuhan, tercapai segala kesenangan, semua diakhiri dengan kebaikan, hujan diturunkan, berkat dirinya yang pemurah, juga atas keluarga dan sahabat-sahabatnya dalam setiap kedipan mata dan hembusan nafas sebanyak hitungan segala yang ada dalam pengetahuan-MU” Selengkapnya...

Shalawat Burdah

Maulaayaa sholli wasalllim daa-iman abadan
`Alaa Habiibika khoiril-kholqi kullihimi
Huwal Habiibul-ladzii turjaa syafaa`atuhu
Likullli haulin minal-ahwaali muqtahami
Yaa Robbii bil-Mushthofaa balligh maqooshidanaa
Waghfirlanaa maa madhoo Yaa waasi`al karomi


Yaa Arhamar-Roohimiin, Yaa Arhamar-Roohimiin, Yaa Arhamar-Roohimiin, farrij `alal muslimiin Selengkapnya...

Sabtu, 07 Mei 2011

Kisah Keajaiban Shalawat Kepada Nabi


Shalawat Nabi SAW dipercaya telah menjadi syafaat, rahmat, berkah, dan obat yang orisinil untuk menyelamatkan kehidupan seseorang baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan kerap kali shalawat ini memutarbalikkan sebuah fakta inderawi. Berikut beberpa buah kisah yang bertutur tentang keajaiban shalawat.

SEORANG SUFI DAN PENJAHAT
Konon seorang sufi menceritakan pengalaman hidupnya tentang keajaiban dari shalawat Nabi SAW. Ia menuturkan bahwa ada seorang penjahat yang sangat melampaui batas yang kehidupannya hanya diisi dengan perbuatan-perbuatan maksiat. Demikian tenggelamnya penjahat itu ke dalam lumpur kemaksiatan seperti kebiasaan mabuk-mabukan, ia tidak bisa lagi membedakan mana hari kemarin, hari ini, dan hari esok. Sang sufi lalu menasehati sang penjahat agar ia tidak mengulangi lagi kedurhakaannya, dan segera bertobat pada Allah SWT.

Namun demikian, penjahat tetaplah penjahat, nasehat sang sufi tidaklah digubrisnya. Ia tetap bersikeras untuk melakukan perbuatan-perbuatan bejatnya sampai sang ajal datang menjemputnya. Sang penjahat, menurut sufi, benar-benar yang bernasib tidak baik karena ia tidak sempat mengubah haluan hidupnya yang hina dan bahkan tidak sempat bertobat. Secara logis, sang sufi mengatakan bahwa si penjahat akan dijebloskan Allah SWT ke dalam azab neraka. Namun apa yang terjadi?

Pada suatu malam, sang sufi bermimpi, ia melihat sang penjahat menempati posisi yang amat tinggi dan mulia dengan memakai pakaian surga yang hijau yang merupakan pakaian kemuliaan dan kebesaran. Sang sufi pun terheran-heran dan bertanya pada sang penjahat, “Apakah gerangan yang menyebabkanmumendapatkan martabat setinggi ini?” Sang penjahat menjawab, “Wahai sang sufi, ketika aku hadir di suatu majelis yang sedang melakukan dzikir, aku mendengarkan orang yang alim yang ada disitu berkata, “Barangsiapa yang bershalawat atas Nabi Muhammad SAW niscaya menjadi wajib baginya mendapatkan surga.” Kemudian sang alim itu mengangkatkan suaranya demi membacakan shalawat atas Nabi SAW dan aku pun beserta orang-orang yang hadir disekitarnya mengangkat suara untuk melakukan hal yang sama. Maka, pada saat itulah, aku dan kami semua diampuni dan dirahmati oleh Allah SWT Yang Maha Pemurah terhadap nikmatNya.

SEORANG IBU DAN ANAKNYA
Dikisahkan pula bahwasanya ada seorang wanita yang memiliki anak yang sangat jahat dan hari-harinya pun dilalui dengan lumuran dosa. Si ibu yang merupakan sosok wanita shalihah yang menyadari anaknya seperti itu, tentu saja menyuruh si anak untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruknya dan kemudian berbuat kebajikan serta tidak berpindah lagi kepada kebiasaan buruknya tersebut.

Tetapi, anaknya tetap membandel, ia tidak mau berpindah dari kelakuan jahatnya yang telah dilakukannya selama ini. Perbuatan maksiat itu terus dilakukannya sampai ia menemui ajalnya. Maka bersedihlah sang ibu demi melihat anaknya yang mati tanpa tobat, dimana ia tidak melihat satu sisi pun dari kehidupan anaknya yang akan menyelamatkannya di hadapan Tuhan Penguasa Akhirat. Sang ibu tampaknya pasrah dengan nasib buruk yang akan dialami oleh sang anak di dalam kubur dan lebih-lebih di neraka.

Di suatu malam, ketika wanita itu tertidur, ia bermimpi tentang anaknya disiksa oleh malaikat penjaga kubur di dalam kuburnya. Akibatnya, semakin bertambah kedukaan sang ibu tersebut manakala bayangannya selama ini dilihatnya secara langsung sekali pun hanya dalam mimpi. Tetapi benarkah sang anak disiksa? Ternyata, ketika sang ibu memimpikan lagi anaknya di lain kesempatan, ia melihat anaknya dalam rupa dan kondisi yang sebaliknya dalam mimpi sebelumnya. Ia melihat anaknya saat itu diperlakukan dengan perlakuan yang sangat elok, yang berada dalam keadaan suka dan bahagia. Sehingga, ibunya pun terheran-heran dan bertanya pada sang anak, “Apa gerangan yang membuatmu bisa diperlakukan seperti ini, padahal dulu semasa engkau hidup engkau penuh dengan lumuran dosa?” Sang anak menjawab, “Wahai ibunda, di suatu ketika telah lewat di hadapanku sekelompok orang yang sedang mengusung jenazah yang hendak dikuburkan. Mayat itu kukenal, dan ia semasa hidupnya ternyata lebih jahat daripada diriku. Kemudian aku ikut mengiringi pemakamanny, dan disana aku sempat menyaksikan makam-makam lainnya. Ketika itulah aku berpikir bahwa laki-laki sial itu sudah pasti ditimpa oleh huru-hara akhirat akibat perbuatan maksiatnya. Secara tidak sadar aku menangis dan membayangkan kalau diriku juga bakal ditimpa peristiwa yang mengerikan yang sama. Pada saat itulah aku menyesali segala kesalahan dan dosa yang telah kuperbuat, dan bertobat dengan sebenar-benarnya tobat di hadapan Ilahi.
Kemudian, aku membaca Al-quran dan shalawat Nabi SAW sebanyak sepuluh kali dan membacakan shalawat kesebelas kalinya dan pahalanya kuhadiahkan kepad ahli kubur yang naas tersebut, sehingga disitulah Allah SWT menunjukkan kemahapengampunanNya. Dia mengampuni dosa-dosaku. Jadi apa yang telah engkau lihat wahai ibunda, itulah nikmat yang telah diberikan Allah SWT atasku. Ketahuilah ibunda, bahwa shalawat atas Nabi SAW itu menjadi cahaya di dalam kuburku, menghapuskan dosa-dosaku dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang hidup maupun yang sudah meninggal.”

SEORANG MUSAFIR DAN AYAHNYA
Dalam kisah lain, juga diriwayatkan tentang seorang musafir bersama ayahnya. Sang musafir mengisahkan bahwa di suatu ketika di suatu negeri, ayahnya meninggal dunia sehingga wajah dan sekujur tubuhnya menjadi hitam dan perutnya membusung. Sang musafir lalu mengucapkan “La haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim (Tiada daya dan kekuatan kecuali Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).

Ayah sang musafir tersebut mati dalam kedukaan, dan hal ini diumpamakan dengan kelakuan sang ayah ketika ia masih hidup. Pada saat itulah sang musafir merasakan beban teramat berat menimpanya karena mendapatkan ayahnya mati dalam kondisi seperti itu. Tetapi, ketika ia terlelap tertidur, ia bermimpi bahwa seorang laki-laki yang sangat tampan dan tubuhnya dipenuhi bulu halus datang kepada ayahnya dan menyapu wajah dan tubuh ayahnya tersebut dengan tangannya sehingga jasad sang ayah menjadi putih kembali, bahkan lebih bagus daripada bentuknya semula dan berseri-seri dengan cahaya.

Melihat perlakuan baik lelaki ini terhadap ayahnya sng musafir takjub dan kemudian bertanya, “Siapakah Anda, yang telah menyampaikan karunia Ilahi atas ayahku?” Laki-laki itu menjawab, “Aku adalah Rasulullah. Ayahmu termasuk dianatara orang-orang yang memperbanyak bershalawat atasku. Maka, tatkala ia berhasil melakukannya aku pun datang untuk membersihkannya.” Kemudian sang musafir merasa sangat berbahagia. Ia melihat pancaran dan cahaya keputihan itu ada pada ayahnya. Dia mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT mengangungkan dan menanamkanNya didalam hatinya serta bershalawat kepada Nabi SAW.

UNTA MENJADI SAKSI BAGI ORANG YANG DIFITNAH
Pada masa permulaan Islam, ada seorang muslim yang difitnah telah mencuri seekor unta. Pemfitnahnya mengajukan saksi-saksi palsu, yakni orang-orang munafik yang tidak segan untuk bersumpah palsu. Maka, orang yang seyogyanya tak bersalah itu diputus oleh hakim sebagai pencuri.

Menurut hukum Islam, seorang pencuri harus dihukum potong tangan. Lalu, orang mukmin yang malang ini pun berdoa, “Tuhanku, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Mereka telah memfitnahku. Aku tidak mencuri unta itu. Engkau Mahatahu, selamatkanlah aku dari kehinaan ini, karena aku telah bershalawat pada Nabi paling mulia. Engkau Mahakuasa, izinkanlah unta itu berbicara. Jadikanlah ia sebagai saksiku.” Setelah berdoa demikian, dia mendesah keras, dan rahmat Allah SWT pun meliputi dirinya. Tak sulit bagi Sang Mahaperkasa dan Mahakuasa untuk membuat unta tersebut dapat berbicara dengan bahasa manusia. Hewan ini berkata, “ Ya, Rasulullah, aku milik orang beriman ini. Orang-orang itu adalah saksi palsu dan si pemfitnah telah membuat tuduhan palsu terhadap orang mukmin sejati ini.” Lantas unta tersebut mendekati pemiliknya dengan sikap tunduk dan duduk didepannya.

Syahdan, terkuaklah kebohongan saksi-saksi palsu ini, mereka tak dapat berkutik dengan kesaksian unta itu dan merasa malu. Seiring dengan itu, tumbuhlah cahaya iman dalam hati orang-orang yang turut menyaksikan peristiwa menakjubkan ini. Nabi Muhammad SAW bertanaya, “Wahai orang mukmin, bagaimana engkau dapat memperoleh keajaiban itu?” Orang mukmin tadi menjawab, Ya Rasulullah, saya selalu bershalawat kepadamu sepuluh kali sebelum tidur.”

Nabi yang adil dan suci bersabda, “Karena shalawatmu kepadaku, Allah SWT bukan hanya menyelamatkanmu dari hukuman potong tangan di dunia ini, tetapi juga akan menyelamatkanmu dari siksa neraka di akhirat. Barangsiapa bershalawat kepadaku sepuluh kali pada sore hari dan sepuluh kali pada pagi hari, Allah SWT akan membangkitkannya bersama para nabi kesayangan dan kepercayaanNya dan wali-wali yang patuh, dan Dia akan melimpahkan berkah kepadanya sebagaimana berkah kepada nabiNya.

SUFYAN ATS-TSAURI DAN KISAH ANAK SI TUKANG RIBA
Sufyan ats-Tsauri menuturkan, “ Aku pergi haji. Manakala Tawaf di Ka’bah, aku melihat seoerang pemuda yang tak berdoa apapun selain hanya bershalawat kepada Nabi SAW. Baik ketika di Ka’bah, di Padang Arafah, di mudzdalifah dan Mina, atau ketika tawaf di Baytullah, doanya hanayalah shalawat kepada Baginda Nabi SAW.”

Saat kesempatan yang tepat datang, aku berkata kepadanya dengan hati-hati, “Sahabatku, ada doa khusus untuk setiap tempat. Jikalau engkau tidak mengetahuinya, perkenankanlah aku mengajarimu.” Namun, dia berkata, “Aku tahu semuanya. Izinkan aku menceritakan apa yang terjadi padaku agar engkau mengerti tindakanku yang aneh ini.”

“Aku berasal dari Khurasan. Ketika para jamaah haji mulai berangkat meninggalkan daerah kami, ayahku dan aku mengikuti mereka untuk menunaikan kewajiban agama kami. Naik turun gunung, lembah, dan gurun. Kami akhirnya memasuki kota Kufah. Disana ayahku jatuh sakit, dan pada tengah malam dia meninggal dunia.

Dan aku mengkafani jenazahnya. Agar tidak mengganggu jemaah lain, aku duduk menangis dalam batin dan memasrahkan segala urusan pada Allah SWT. Sejenak kemudian, aku merasa ingin sekali menatap wajah ayahku, yang meninggalkanku seorang diri di daerah asing itu. Akan tetapi, kala aku membuka kafan penutup wajahnya, aku melihat kepala ayahku berubah jadi kepala keledai. Terhenyak oleh pemandangan ini, aku tak tahu apa yang mesti kulakukan. Aku tidak dapat menceritakan hal ini pada orang lain. Sewaktu duduk merenung, aku seperti tertidur.

Lalu, pintu tenda kami terbuka, dan tampaklah sesosok orang bercadar. Seraya membuka penutup wajahnya, dia berkata, “Alangkah tampak sedih engkau! Ada apakah gerangan?” Aku pun berkata, “Tuan, yang menimpaku memang bukan sukacita. Tapi, aku tak boleh meratap supaya orang lain tak bersedih.”

Lalu orang asing itu mendekati jenazah ayahku, membuka kain kafannya, dan mengusap wajahnya. Aku berdiri dan melihat wajah ayahku lebih berseri-seri ketimbang wajah tuanya. Wajahnya bersinar seperti bulan purnama. Melihat keajaiban ini, aku mendekati orang itu dan bertanya, “Siapakah Anda, wahai kekasih kebaikan?” Dia menjawab, “Aku Muhammad al Musthafa” (semoga Allah melimpahkan kemuliaan dan kedamaian kepada Rasul pilihanNya). Mendengar perkataan ini, aku pun langsung berlutut di kakinya, menangis dan berkata, “Masya Allah, ada apa ini?

Demi Allah, mohon engkau menjelaskannya ya Rasulullah.”
Kemudian dengan lembut beliau berkata, “ayahmu dulunya tukang riba. Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Wajah mereka berubah menjadi wajah keledai, tetapi disini Allah Yang Mahaagung mengubah lagi wajah ayahmu. Ayahmu dulu mempunyai sifat dan kebiasaan yang baik. Setiap malam sebelum tidur, dia melafalkan shalawat seratus kali untukku. Saat diberitahu perihal nasib ayahmu, aku segera memohon izin Allah untuk memberinya syafaat karena shalawatnya kepadaku. Setelah diizinkan, aku datang dan menyelamatkan ayahmu dengan syafaatku.”

Sufyan menuturkan, “Anak muda itu berkata, “Sejak saat itulah aku bersumpah untuk tidak berdoa selain shalawat kepada Rasulullah, sebab aku tahu hanya shalawatlah yang dibutuhkan manusia di dunia dan di akhirat.”

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW telah bersabda bahwa, “Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail Alaihumus Salam telah berkata kepadaku. Jibril As. berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang membaca shalawat atasmu tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali, maka akan kubimbing tangannya dan akan ku bawa dia melintasi titian seperti kilat menyambar.”

Berkata pula Mikail As., “Mereka yang bershalawat atasmu akan aku beri mereka itu minum dari telagamu.” Dan Israfil As. berkata pula, “Mereka yang bershalawat kepadamu, maka aku akan bersujud kepada Allah SWT dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah SWT mengampuni orang itu.”
Kemudian Malaikat Izrail As. pun berkata, ”Bagi mereka yang bershalawat atasmu, akan aku cabut ruh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku mencabut ruh para nabi.”

Bagaimana kita tidak cinta kepada Rasulullah SAW? Sementara para malaikat memberikan jaminan masing-masing untuk orang-orang yang bershalawat atas Rasulullah SAW. Dengan kisah yang dikemukakan ini, semoga kita tidak akan melepaskan peluang untuk selalu bershalawat kepada pemimpin kita, cahaya dan pemberi syafaat kita, Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang kesayangan Allah SWT, Rasul, dan para MalaikatNya.

Semoga shalawat, salam, serta berkah senantiasa tercurah ke hadirat Nabi kita, Rasul kita, cahaya kita, dan imam kita, Muhammad al Musthafa SAW beserta seluruh keluarga, keturunan, dan sahabat-sahabat beliau, dan seluruh kaum mukmin yang senantiasa untuk melazimkan bershalawat kepada beliau. Amin.
Disadur dari buku : Hikayat-Hikayat Spiritual Pencerahan Matahati “Nafas Cinta Ilahi”
Selengkapnya...

Shalawat Kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Rasullullah S.A.W telah bersabda bahawa, " Malaikat Jibrail,
Mikail, Israfil Dan Izrail A.S telah berkata kepadaKu.

Berkata Jibrail A.s.: " Wahai Rasulullah, barang siapa yang membaca
selawat keatasmu tiap tiap hari sebanyak sepuluh kali (10x), maka akan saya bimbing tangannya dan akan saya bawa dia melintasi titian Siratul Mustaqim seperti kilat menyambar."

Berkata pula Mikail A.S.: Mereka yang Berselawat keatas kamu maka aku beri mereka itu minum dari telagamu."

Berkata pula Israfil A.S.: " Mereka yang berselawat kepadamu akan aku sujud kepada Allah S.W.T dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah S.W.T mengampuni orang itu."

Malaikat Izrail A.S pula berkata.: " Bagi mereka yang berselawat
keatasmu,akan aku cabut ruh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku
mencabut ruh para nabi-nabi."

Apakah kita tidak cinta kepada Rasulullah S.A.W? Para malaikat
Memberi jaminan masing-masing untuk orang-orang yang berselawat keatas
Rasulullah S.A.W.Dengan kisah yang dikemukan ini, diharap pembaca tidak akan melepaskan peluang untuk berselawat ke atas junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W.Mudah-mudahan kita
menjadi orang-orang kesayangan Allah, Rasul dan para malaikat.

Insya Allah.
Selengkapnya...

Jumat, 06 Mei 2011

Tabarruk Yang Boleh dan Yang Dilarang

Tabarruk artinya mencari barakah (ngalap berkah, jawa). Bertabarruk dengan sesuatu artinya mencari berkah dengan perantaraan sesuatu tersebut. (Lihat an-Nihayah fi Gharib al-Hadits, Ibnu Atsir bab al Ba' ma'a al Ra', 1/120)

Tidak diragukan lagi bahwa barakah dan kebaikan ada di tangan Allah subhanahu wata’ala. Dia terkadang mengkhusus kan pada sebagian makhluk-Nya dengan memiliki keutamaan tertentu dan barakah. Barakah pada dasarnya adalah ungkapan untuk sesuatu yang tetap dan terus menerus, atau sering digunakan untuk istilah sesuatu yang tumbuh dan berkembang.

Maka yang dimaksudkan dengan barakah di antaranya adalah:
1. Tetapnya kebaikan sesuatu dan kelanggengannya.
2. Banyak dan bertambahnya kebaikan, terus-menerus sedikit demi sedikit.
3. Tabaraka, yakni lafal khusus untuk Allah subhanahu wata’ala, yang menurut Imam Ibnul Qayyim memiliki arti abadi keberadaan-Nya, tak terhingga kebaikan, keagungan, ketinggian, kebesaran dan kesucian-Nya. Segala macam kebaikan datang dari sisi-Nya, dan juga pemberian barakah dari Allah kepada sebagian makhluk-Nya.

Di antara yang memiliki berkah adalah al-Qur'anul Karim, karena mengandung kebaikan yang tak terhingga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga memiliki berkah, dalam arti Allah subhanahu wata’ala menjadikan keberkahan pada diri beliau. Barakah Rasulullah dapat bersifat maknawi, yakni berupa risalah yang diembannya yang membawa kebaikan dunia dan akhirat. Dan juga barakah secara fisik, yaitu berkah dalam segala perbuatan beliau yang di antaranya berupa mukjizat, serta berkah dari anggota badan beliau.

Kita tidak memungkiri bahwa seluruh nabi dan para malaikat adalah membawa berkah, demikian juga orang-orang shalih, namun kita tidak bertabarruk dengan mereka. Kita tidak bertabarruk dengan mereka itu, semata-mata karena tidak adanya dalil yang mensyari'atkannya hal tersebut, bukan karena memungkiri keberadaan barakah pada mereka.

Demikiaan juga beberapa tempat yang memiliki barakah, seperti Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjidil Aqsha kemudian masjid-masjid lain secara umum. Ada juga sebagian waktu yang memiliki barakah seperti bulan Ramadhan, Lailatul Qadr, Sepuluh pertama Dzulhijjah, hari Jum'at, bulan-bulan Haram, sepertiga malam akhir dan lain sebagainya. Dan cara mencari barakahnya pun dengan melaksanakan berbagai amalan yang disyari'atkan pada tempat-tempat dan waktu-waktu tersebut, sedang keberkahannya tetap dimohonkan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Ada juga beberapa benda yang mengandung berkah, seperti air zam-zam, dan juga air hujan karena dengan sebabnya tanaman tumbuh subur, manusia dan binatang dapat minum dan menghasilkan berbagai buah-buahan. Juga pohon zaitun, susu, kuda, domba dan kurma.

TABARRUK YANG DISYARI’ATKAN

1. Bertabarruk dengan Dzikrullah dan Membaca al-Qur'an

Mencari barakah dengan al-Qur'an bukan dengan cara meletakkan mushaf al-Qur’an di kamar, di rumah atau di dalam mobil agar mendatangkan keselamatan. Namun mencari barakah di sini adalah berupa dzikir dengan hati, lisan serta mengamalkan al-Qur'an dan as-Sunnah sesuai tuntunan. Merupakan bentuk keberkahan adalah ketenangan dan kekuatan hati untuk melakukan ketaatan, terbebas dari berbagai macam kerusakan, memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, ampunan dari dosa, turunnya sakinah dan kelak al-Qur'an akan menjadi syafaat pada hari Kiamat bagi para pembacanya.

2. Bertabarruk dengan Diri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Masih Hidup.

Ini dikarenakan diri (dzat) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah mubarakah (memiliki berkah), dan termasuk juga apa yang ada kaitannya dengan beliau. Oleh karena itu kita dapati para sahabat bertabarruk dengan diri beliau. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Juhaifah radhiyallahu ‘anhu bahwa para sahabat pernah mengambil berkah dengan cara memegang tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu mengusapkan ke wajah-wajah mereka. Dan ternyata tangan beliau lebih sejuk daripada salju dan lebih harum daripada minyak misik. (riwayat al-Bukhari dalam Kitab Manaqib, bab sifat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam 4/200 no.3553).

Demikian pula diriwayatkan bahwa para sahabat bertabarruk dengan pakaian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam , dengan air wudhu beliau, dengan sisa air minum beliau. Mereka juga bertabarruk dengan benda-benda yang terpisah dari beliau misalnya, rambut beliau dan segala sesuatu yang pernah dipakai oleh beliau seperti baju, bejana, sandal dan lain sebagainya.

Bertabarruk dengan diri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dapat dikiaskan pada orang lain selain beliau. Beliau tidak pernah memerintahkan kepada sahabatnya untuk melakukan itu, dan tidak pernah ada di antara para sahabat yang saling mengambil berkah terhadap sahabat-sahabat yang utama seperti bertabarruk dengan Abu bakar, Umar, Utsman, Ali radhiyallahu ‘anhum dan juga sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, padahal mereka adalah manusia termulia sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam .

Dengan demikian bertabarruk dengan dzat orang shalih dan para ulama adalah sama sekali tidak disyari'atkan. Bertabarruk dengan mereka di antaranya dengan cara mendengarkan nasehat mereka, minta doa mereka serta hadir dalam majlis-majlis ilmu mereka. Dan inilah keberkahan dan kebaikan yang paling bermanfaat dan terbesar.

3. Bertabarruk dengan Meminum Air Zam-Zam

Air Zam-Zam merupakan air yang paling baik dan utama di muka bumi, orang yang meminumnya akan merasa kenyang dan bahkan mencukupi seseorang sekiranya dia tidak memakan makanan. Dan meminumnya dapat diniatkan untuk mengobati penyakit, karena air tersebut dapat memberikan manfaat sesuai dengan tujuan yang meminumnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang air Zam-Zam, artinya,
"Sesungguhnya dia mengandung berkah, makanan yang mengenyangkan dan obat bagi penyakit." (HR. Muslim)

4. Mengambil Berkah Air Hujan

Tidak diragukan lagi bahwa air hujan adalah mubarak (diberkahi) karena Allah subhanahu wata’ala mendatangkan keberkahan dengan hujan tersebut. Dengannya manusia dan binatang memperolah minum, pepohonan tumbuh subur, menghasilkan buah-buahan dan dengannya pula Allah membuat segala sesuatu menjadi hidup.

Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, "Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah kehujanan. Anas lalu mengatakan, "Maka Rasulullah membuka sebagian bajunya sehingga terkena air hujan.”

TABARRUK YANG DILARANG

1. Bertabarruk dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Setelah Beliau Wafat.

Bertabarruk dengan diri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau wafat adalah tidak diperbolehkan kecuali dalam dua hal:

*

Pertama; Dengan beriman, taat dan ittiba' kepada beliau. Maka barang siapa yang melakukan itu semua dia mendapatkan kebaikan yang banyak dan pahala yang besar serta mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
*

Ke dua; Bertabarruk dengan peninggalan beliau yang telah terpisah dari beliau seperti pakaian beliau, rambut beliau, bejana atau tempat minum beliau dan lainnya yang masih terkait dengan diri beliau.



Dan selain yang demikian itu tidaklah disyari'atkan. Tidak boleh bertabarruk dengan kubur beliau dan melakukan safar khusus untuk tujuan ziarah kubur beliau. Kita disunnahkan berziarah kubur beliau jika kita memang telah berada di Madinah atau ketika ziarah Masjid Nabawi.

Adapun cara berziarah kubur beliau yang benar adalah; Apabila kita masuk masjid Nabi, maka shalat tahiyatul masjid lalu menuju kubur beliau dan berdiri dengan sopan menghadap kamar (ruang kubur) lalu dengan pelan dan sopan mengucapkan, "Assalamu'alaika ya Rasulallah". Tidak boleh berdoa di sisi kubur beliau, tidak boleh meminta syafa’at, mengusap kubur dan mencium dindingnya.

Tidak boleh bertabarruk dengan tempat yang beliau duduki, atau tempat yang pernah beliau gunakan untuk shalat, jalan yang pernah beliau lewati, tempat turunnya wahyu, atau bertabarruk dengan tempat beliau lahir, malam kelahirannya, malam isra' mi'raj dan selainnya .

2. Bertabarruk dengan Orang Shalih

Tidak boleh bertabarruk dengan orang shalih, baik dengan dzatnya, bekasnya, tempat ibadahnya, tempat berdirinya, kuburnya dan juga tidak boleh melakukan perjalanan jauh untuk mengunjungi kuburnya. Tidak boleh shalat di samping kuburnya, meminta berbagai keperluan, mengusap, dan beri'tikaf di sisinya. Juga tidak boleh bertabarruk dengan hari atau tempat kelahiran mereka. Barang siapa melakukan itu untuk bertaqqarrub kepada mereka dengan keyakinan bahwa mereka dapat memberikan manfaat dan madharat, maka dia telah berbuat syirik besar. Sedangkan yang meminta keberkahan kepada Allah subhanahu wata’ala dengan perantaraan mereka, maka dia telah melakuakn bid'ah yang mungkar.

3. Bertabarruk Dengan Gunung dan Tempat Tertentu

Bertabarruk seperti ini bertentangan dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dapat menyebabkan seseorang mengagungkan (mengeramatkan) tempat-tempat tersebut. Tidak dibenarkan mengiaskan dengan Hajar Aswad, Ka'bah dan mengusap rukun Yamani, karena ini merupakan ibadah yang bersifat tauqifiyah(sebatas mengukuti dalil). Imam Ibnul Qayyim berkata, "Tidak ada tempat di muka bumi ini yang disyari’atkan untuk dicium dan diusap selain Hajar Aswad dan Rukun Yamani.”(Zadul Ma'ad 1/48)

Sehingga tidak dibenarkan seseorang mencium atau mengusap dinding masjid, mencium maqam Ibrahim atau hijir Ismail, dan tidak boleh bertabarruk dengan gua Hira' atau jabal Nur, sengaja shalat di sana. Tidak boleh bertabarruk dengan gua Tsur, Jabal Arafah (jabal Rahmah), Jabal Abu Qubais, gunung Tursina dan secara umum tidak boleh bertabarruk dengan pohon-pohon, batu-batu dan gunung gunung yang lainnya.

Di antara penyebab terjadinya tabarruk yang dilarang adalah bodoh tentang agama, ghuluw (ekstrim) terhadap orang shalih, menyerupai orang kafir dan mengagungkan tempat-tempat yang dianggap bertuah atau keramat. Wal ‘iyadzu billah.

Diringkas dari “Nurus Sunnah wa Zhulumatul Bid’ah,” hal 118-133, Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani.
Selengkapnya...

Ruqyah Syar'iyyah, Pengobatan Secara Islami

Pengertian Ruqyah

Ruqyah secara bahasa adalah jampi-jampi atau mantera. Ruqyah secara syar’i (ruqyah syar’iyyah) adalah jampi-jampi atau mantera yang dibacakan oleh seseorang untuk mengobati penyakit atau menghilangkan gangguan jin atau sihir atau untuk perlindungan dan lain sebagainya, dengan hanya menggunakan ayat-ayat Al-Qur`an dan atau do`a-do`a yang bersumber dari hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan atau do`a-do`a yang bisa dipahami maknanya selama tidak mengandung unsur kesyirikan.

Ruqyah secara umum terbagi kepada dua macam;
Pertama; Ruqyah yang diperbolehkan oleh syari'at Islam yaitu disebut ruqyah syar'iyyah.
Ke dua; Ruqyah yang tidak dibolehkan oleh syari'at Islam, yaitu ruqyah dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak dipahami maknanya atau ruqyah yang mengandung unsur-unsur kesyirikan. Rusulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Perlihatkan kepadaku ruqyah kalian, dan tidak apa-apa melakukan ruqyah selama tidak ada unsur syirik" (HR.Muslim)

Syarat Ruqyah Syar’iyyah

Para ulama sepakat membolehkan ruqyah dengan tiga syarat;

*

Dengan mempergunakan firman Allah(ayat-ayat Al-Qur'an) atau mempergunakan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
*

Mempergunakan bahasa Arab atau bahasa yang bisa dipahami maknanya.
*

Berkeyakinan bahwa zat ruqyah tidak berpengaruh apa-apa kecuali atas izin Allah subhanahu wata’ala.



Ketentuan Meruqyah

Tatkala melakukan ruqyah hendaknya diperhatikan ketentuan berikut;

*

Ruqyah tidak mengandung unsur kesyirikan.
*

Ruqyah tidak mengandung unsur sihir.
*

Ruqyah bukan berasal dari dukun, paranormal, orang pintar dan orang-orang yang segolongan dengan mereka, walaupun dia memakai sorban, peci dan lain sebagainya. Karena bukan penampilan yang menjamin seseorang itu terbebas dari perdukunan, sihir dan kesyirikan.
*

Ruqyah tidak mempergunakan ungkapan yang tidak bermakna atau tidak dipahami maknanya, seperti tulisan abjad atau tulisan yang tidak karuan.
*

Ruqyah tidak dengan cara yang diharamkan seperti dalam keadaan junub, di kuburan, di kamar mandi, dan lain sebagainya.
*

Ruqyah tidak mempergunakan ungkapan yang diharamkan, seperti; celaan, cacian, laknat dan lain-lainnya.



Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah subhanahu wata’ala yang tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Dia menurunkan juga obat penawarnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Setiap penyakit ada obat penawarnya dan apabila suatu obat itu sesuai dengan jenis penyakitnya maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah" (HR.Muslim). Dan yakinlah bahwa tidak ada yang mampu menyembuhkan suatu penyakit melainkan hanya Allah subhanahu wata’ala. Maka di antara cara yang paling tepat, efektif, mujarab dan manjur untuk menghilangkan suatu penyakit dan menangkal mara bahaya adalah dengan memfungsikan Al-Qur`an dan As-Sunnah sebagai pengobatan. Al-Qur`an telah menjelaskan hal itu secara gamblang, "Katakanlah, “Al-Qur`an itu adalah petunjuk dan obat penawar" (QS.Fushshilat: 44).
"Dan kami turunkan dari Al-Qur`an (ada) sesuatu yang menjadi obat penawar dan menjadi rahmat bagi orang yang beriman" (QS.Al-Isrâ`: 82).

Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya telah mencontohkan pengobatan dengan mempergunakan Al-Qur`an dan do'a-do'a untuk mengobati berbagai macam penyakit, baik yang disebabkan oleh tukang sihir seperti guna-guna dan lain-lainnya atau disebabkan oleh gangguan jin seperti kesurupan dan penyakit-penyakit aneh lainnya atau terkena gigitan binatang berbisa seperti kalajengking, ular dan lain sebagainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mempergunakan ayat-ayat Al-Qur`an dan do'a-do'a untuk penjagaan dan perlindungan diri.

Beberapa Alasan Ruqyah Berdasarkan Hadits-hadits yang Shahih.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam meruqyah dirinya sendiri tatkala mau tidur dengan membaca surat al-Ikhlash, al-Falaq dan an-Nas lalu beliau tiupkan pada kedua telapak tangannya, kemudian beliau usapkan ke seluruh tubuh yang terjangkau oleh kedua tangannya. (HR.al-Bukhari).

Jabir Bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seseorang di antara kami disengat kalajengking, kemudian Jabir berkata, “Wahai Rasulullah apakah saya boleh meruqyahnya? Maka beliau bersabda, "Barangsiapa di antara kalian yang sanggup memberikan manfaat kepada saudaranya, maka lakukanlah" (HR.Muslim).

'Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan padaku agar aku minta ruqyah dari pengaruh 'ain (mata yang dengki).” (HR.Muslim).

Dari Abu Sa'îd al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu, Jibril mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu bertanya, “Wahai Muhammad apakah engkau mengeluh rasa sakit?” Beliau menjawab, “Ya!” Kemudian Jibril (meruqyahnya), "Bismillahi arqîka, min kulli syai`in yu`dzîka, min syarri kulli nafsin au 'aini hâsidin, Allahu yasyfîka, bismillahi arqîka" (“Dengan nama Allah saya meruqyahmu, dari segala hal yang menyakitimu, dan dari kejahatan segala jiwa manusia atau mata pendengki, semoga Allah menyembuh kanmu, dengan nama Allah saya meruqyahmu”) (HR.Muslim).

'Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Biasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila ada seorang yang mengeluh rasa sakit, beliau usap orang tersebut dengan tangan kanannya, kemudian berdo'a, “Hilangkanlah penyakit wahai Rabb manusia, sembuhkanlah karena Engkaulah sang penyembuh, tiada kesembuhan selain kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tiada meninggalkan penyakit.” (HR.Muslim).

Utsman Bin Abil 'Ash radhiyallahu ‘anhu datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengadukan rasa sakit pada tubuhnya yang dia rasakan semenjak masuk Islam, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Letakkanlah tanganmu pada tempat yang terasa sakit, kemudian bacalah; "Bismillahi"(dengan menyebut nama Allah) tiga kali, dan bacalah; "A'ûdzu billahi wa qudrotihi min syarri mâ ajidu wa uhâdziru"(aku berlindung dengan Allah dan dengan qudrat-Nya dari kejahatan yang aku dapati dan yang aku hindari) tujuh kali.” (HR.Muslim).

Cara Mengatasi Kesurupan dengan Ruqyah.

I. Sebelum terjadi kesurupan, maka hendaknya melakukan tindakan preventif, caranya adalah sebagai berikut;

*

Menjaga kemurnian tauhid dan ikhlas beribadah hanya kepada Allah saja serta menjauhi perbuatan syirik dan pelakunya.

*

Menjaga seluruh kewajiban yang telah dibebankan pada diri seorang muslim, dan menjauhi seluruh larangan Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya, serta bertaubat atas segala dosa dan kemaksiatan.

*

Perbanyaklah membaca Al-Qur'an, dan hendaklah diwiridkan setiap hari terutama surat Al-Baqarah, karena syaithan lari dari rumah yang dibacakan surat tersebut.

*

Membentengi diri dengan bermacam-macam do'a & ta'awwudz yang disyari'atkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti wirid selesai shalat, wirid pagi hari dan sore hari dan ibadah-ibadah yang lainnya yang disyari'atkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

*

Jauhilah ibadah-ibadah bid'ah dan ritual-ritual klenik yang tidak punya dasar hukum dalam Islam, karena hal itu merupakan jalan syaithan untuk mengelabui orang yang beriman ke jurang neraka.



II. Setelah terjadi kesurupan, maka lakukanlah tindakan berikut ini;

*

Hendaknya dicari seorang muslim yang bertauhid dan aqidahnya shahih tidak terkotori oleh kesyirikan serta ibadahnya tidak terkotori oleh riya` dan bid'ah.

*

Mintalah dia meruqyah orang yang kesurupan tersebut dengan membacakan surat al-Fatihah, ayat kursi, 2 ayat terakhir al-Baqarah, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas dan surat-surat atau ayat-ayat yang lainnya karena pada dasarnya semua ayat al-Qur'an adalah obat, disertai dengan tiupan pada orang yang kesurupan tersebut, dan hendaklah diulang-ulangi hingga 3 X atau lebih.

*

Kemudian setelah itu bacakan do'a-do'a yang disyari'atkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits-haditsnya yang shahih.
Selengkapnya...

Fadhilah dan Keutamaan Ratib Al-Haddad

Cerita-cerita yang dikumpulkan mengenai kelebihan RatibAl-Haddad banyak tercatat dalam buku Syarah Ratib Al-Haddad, antaranya:

Telah berkata Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Jufri yang bertempat tinggal di Seiwun (Hadhramaut): “Pada suatu masa kami serombongan sedang menuju ke Makkah untuk menunaikan Haji, bahtera kami terkandas tidak dapat meneruskan perjalanannya kerana tidak ada angin yang menolaknya. Maka kami berlabuh di sebuah pantai, lalu kami isikan gerbah-gerbah (tempat isi air terbuat dari kulit) kami dengan air, dan kami pun berangkat berjalan kaki siang dan malam, kerana kami bimbang akan ketinggalan Haji. Di suatu perhentian, kami cuba meminum air dalam gerbah itu dan kami dapati airnya payau dan masin, lalu kami buangkan air itu. Kami duduk tidak tahu apa yang mesti hendak dibuat.
Maka saya anjurkan rombongan kami itu untuk membaca Ratib Haddad ini, mudah-mudahan Allah akan memberikan kelapangan dari perkara yang kami hadapi itu. Belum sempat kami habis membacanya, tiba-tiba kami lihat dari kejauhan sekumpulan orang yang sedang menunggang unta menuju ke tempat kami, kami bergembira sekali. Tetapi bila mereka mendekati kami, kami dapati mereka itu perompak-perompak yang kerap merampas harta-benda orang yang lalu-lalang di situ. Namun rupanya Allah Ta’ala telah melembutkan hati mereka bila mereka dapati kami terkandas di situ, lalu mereka memberi kami minum dan mengajak kami menunggang unta mereka untuk disampaikan kami ke tempat sekumpulan kaum Syarif* tanpa diganggu kami sama sekali, dan dari situ kami pun berangkat lagi menuju ke Haji, syukurlah atas bantuan Alloh SWT karena berkat membaca Ratib ini.

Cerita ini pula diberitakan oleh seorang yang mencintai keturunan Sayyid, katanya: “Sekali peristiwa saya berangkat dari negeri Ahsa’i menuju ke Hufuf. Di perjalanan itu saya terlihat kaum Badwi yang biasanya merampas hak orang yang melintasi perjalanan itu. Saya pun berhenti dan duduk, di mana tempat itu pula saya gariskan tanahnya mengelilingiku dan saya duduk di tengah-tengahnya membaca Ratib ini. Dengan kuasa Alloh mereka telah berlalu di hadapanku seperti orang yang tidak menampakku, sedang aku memandang mereka.”
Begitu juga pernah berlaku semacam itu kepada seorang alim yang mulia, namanya Hasan bin Harun ketika dia keluar bersama-sama teman-temannya dari negerinya di sudut Oman menuju ke Hadhramaut. Di perjalanan mereka dibajak oleh gerombolan perompak, maka dia menyuruh orang-orang yang bersama-samanya membaca Ratib ini. Alhamdulillah, gerombolan perompak itu tidak mengapa-apakan siapapun, malah mereka berlalu dengan tidak mengganggu.

Apa yang diberitakan oleh seorang Arif Billah Abdul Wahid bin Subait Az-Zarafi, katanya: Ada seorang penguasa yang ganas yang dikenal dengan nama Tahmas yang juga dikenal dengan nama Nadir Syah. Tahmas ini adalah seorang penguasa ajam yang telah menguasai banyak dari negeri-negeri di sekitarannya. Dia telah menyediakan tentaranya untuk memerangi negeri Aughan.
Sultan Aughan yang bernama Sulaiman mengutus orang kepada Imam Habib Abdullah Haddad memberitahunya, bahwa Tahmas sedang menyiapkan tentera untuk menyerangnya. Maka Habib Abdullah Haddad mengirim Ratib ini dan menyuruh Sultan Sulaiman dan rakyatnya membacanya. Sultan Sulaiman pun mengamalkan bacaan Ratib ini dan memerintahkan tenteranya dan sekalian rakyatnya untuk membaca Ratib i ini dengan bertitah: “Kita tidak akan dapat dikuasai Tahmas kerana kita ada benteng yang kuat, iaitu Ratib Haddad ini.” Benarlah apa yang dikatakan Sultan Sulaiman itu, bahwa negerinya terlepas dari penyerangan Tahmas dan terselamat dari angkara penguasa yang ganas itu dengan sebab berkat Ratib Haddad ini.

Saudara penulis Syarah Ratib Al-Haddad ini yang bernama Abdullah bin Ahmad juga pernah mengalami peristiwa yang sama, yaitu ketika dia berangkat dari negeri Syiher menuju ke bandar Syugrah dengan kapal, tiba-tiba angin macet tiada bertiup lagi, lalu kapal itu pun terkandas tidak bergerak lagi. Agak lama kami menunggu namun tidak berhasil juga. Maka saya mengajak rekan-rekan membaca Ratib ini , maka tidak berapa lama datang angin membawa kapal kami ke tujuannya dengan selamat dengan berkah membaca Ratib ini.

Suatu pengalaman lagi dari Sayyid Awadh Barakat Asy-Syathiri Ba’alawi ketika dia belayar dengan kapal, lalu kapal itu telah tersesat jalan sehingga membawanya terkandas di pinggir sebuah batu karang. Ketika itu angin juga macet tidak dapat menggerakkan kapal itu keluar dari bahayanya. Kami sekalian merasa bimbang, lalu kami membaca Ratib ini dengan niat Alloh akan menyelamatkan kami. Maka dengan kuasa Alloh SWT datanglah angin dan menarik kami keluar dari tempat itu menuju ke tempat tujuan kami.
Maka kerana itu saya amalkan membaca Ratib ini. Pada suatu malam saya tertidur sebelum membacanya, lalu saya bermimpi Habib Abdullah Haddad datang mengingatkanku supaya membaca Ratib ini, dan saya pun tersadar dari tidur dan terus membaca Ratib Haddad itu.

Di antaranya lagi apa yang diceritakan oleh Syeikh Allamah Sufi murid Ahmad Asy-Syajjar, iaitu Muhammad bin Rumi Al-Hijazi, dia berkata: “Saya bermimpi seolah-olah saya berada di hadapan Habib Abdullah Haddad, penyusun Ratib ini. Tiba-tiba datang seorang lelaki memohon sesuatu daripada Habib Abdullah Haddad, maka dia telah memberiku semacam rantai dan sayapun memberikannya kepada orang itu.
Pada hari besoknya, datang kepadaku seorang lelaki dan meminta daripadaku ijazah (kebenaran guru) untuk membaca Ratib Haddad ini, sebagaimana yang diijazahkan kepadaku oleh guruku Ahmad Asy-Syajjar. Aku pun memberitahu orang itu tentang mimpiku semalam, yakni ketika saya berada di majlis Habib Abdullah Haddad, lalu ada seorang yang datang kepadanya. Kalau begitu, kataku, engkaulah orang itu.”
Dari kebiasaan Syeikh Al-Hijazi ini, dia selalu membaca Ratib Haddad ketika saat ketakutan baik di siang hari mahupun malamnya, dan memang jika dapat dibaca pada kedua-dua masa itulah yang paling utama, sebagaimana yang dipesan oleh penyusun Ratib ini sendiri.
Ada seorang dari kota Quds (Syam) sesudah dihayatinya sendiri tentang banyak kelebihan membaca Ratib ini, dia lalu membuat suatu ruang di sudut rumahnya yang dinamakan Tempat Baca Ratib, di mana dikumpulkan orang untuk mengamalkan bacaan Ratib ini di situ pada waktu siang dan malam.

Di antaranya lagi, apa yang diberitakan oleh Sayyid Ali bin Hassan, penduduk Mirbath, katanya: “Sekali peristiwa aku tertidur sebelum aku membaca Ratib, aku lalu bermimpi datang kepadaku seorang Malaikat mengatakan kepadaku: “Setiap malam kami para Malaikat berkhidmat buatmu begini dan begitu dari bermacam-macam kebaikan, tetapi pada malam ini kami tidak membuat apa-apa pun karena engkau tidak membaca Ratib. Aku terus terjaga dari tidur lalu membaca Ratib Haddad itu dengan serta-merta.

Setengah kaum Sayyid bercerita tentang pengalamannya: “Jika aku tertidur ketika aku membaca Ratib sebelum aku menghabiskan bacaannya, aku bermimpi melihat berbagai-bagai hal yang mengherankan, tetapi jika sudah menghabiskan bacaannya, tidak bermimpi apa-apa pun.”

Di antara yang diberitakan lagi, bahawa seorang pecinta kaum Sayyid, Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad Mughairiban yang tinggal di negeri Shai’ar, dia bercerita: “Dari adat kebiasaan Sidi Habib Zainul Abidin bin Ali bin Sidi Abdullah Haddad yang selalu aku berkhidmat kepadanya tidak pernah sekalipun meninggalkan bacaan Ratib ini. Tiba-tiba suatu malam kami tertidur pada awal waktu Isya', kami tidak membaca Ratib dan tidak bersembahyang Isya', semua orang termasuk Sidi Habib Zainul Abidin. Kami tidak sedarkan diri melainkan di waktu pagi, di mana kami dapati sebagian rumah kami terbakar.

Kini tahulah kami bahwa semua itu berlaku karena tidak membaca Ratib ini. Sebab itu kemudian kami tidak pernah meninggalkan bacaannya lagi, dan apabila sudah membacanya kami merasa tenteram, tiada sesuatupun yang akan membahayakan kami, dan kami tidak bimbang lagi terhadap rumah kami, meskipun ia terbuat dari dedaunan korma, dan bila kami tidak membacanya, hati kami tidak tenteram dan selalu kebimbangan.”

Saya rasa cukup dengan beberapa cerita yang saya sampaikan di sini mengenai kelebihan Ratib ini dan anda sendiri dapat meneliti , sehingga Sidi Habib Muhammad bin Zain bin Semait sendiri pernah mengatakan dalam bukunya Ghayatul Qasd Wal Murad, bahawa roh Saiyidina penyusun Ratib ini akan hadir apabila dibaca Ratib ini, dan di sana ada lagi rahasia-rahasia kebatinan yang lain yang dapat dicapai ketika membacanya dan ini adalah mujarab dan benar-benar mujarab, tidak perlu diragukan lagi.
Berkata Habib Alwi bin Ahmad, penulis Syarah Ratib Al-Haddad: “Siapa yang melarang orang membaca Ratib ini dan juga wirid-wirid para salihin, niscaya dia akan ditimpa bencana yang berat daripada Allah Ta’ala, dan hal ini pernah berlaku dan bukan omong-omong kosong.”
Berkata Sidi Habib Muhammad bin Zain bin Semait Ba’alawi di dalam kitabnya Ghayatul Qasd Wal Murad: Telah berkata Saiyidina Habib Abdullah Haddad: “Siapa yang menentang atau membangkang orang yang membaca Ratib kami ini dengan secara terang-terangan atau disembunyikan pembangkangannya itu akan mendapat bencana seperti yang ditimpa ke atas orang-orang yang membelakangi zikir dan wirid atau yang lalai hati mereka dari berzikir kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingatiKu, maka baginya akan ditakdirkan hidup yang sempit.” ( Thaha: 124 )
Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingati Tuhan Pemurah, Kami balakan baginya syaitan yang diambilnya menjadi teman.”
( Az-Zukhruf: 36 )
Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingai Tuhannya, Kami akan menurukannya kepada siksa yang menyesakkan nafas.” ( Al-Jin: 17)
Apa lagi yang hendak diterangkan mengenai Ratib ini untuk mendorong anda supaya melazimkan diri mengamalkan bacaannya setiap hari, sekurang-kurangnya sehari setiap malam, mudah-mudahan anda akan terbuka hati untuk melakukannya dan mendapat faedah daripada amalan ini.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin
Selengkapnya...

Senin, 02 Mei 2011

Ratib Al-hadad.

RATIB AL-HADAD
Al Allamah Al Imam As sayyid Abdullah bin Alwi Al Hadad

A’udzubillahi minasy syaithaa nir rajim
1. Bismillahirrahmaanirrahim
Al hamdulillaahirabbil ‘aalamin
Arrahmaanir Rahiim.Maaliki Yaumiddin
Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’in
Ihdinaashshiraathalmustaqiim
Shiraathalladziinaan’amta ‘alaihim
Ghairil maghduu bi’alaihim
Wa ladhaalliin
Amin.
2. Allaahu laa ilaaha illa huwal-hayyul qayyumu latak khudzuhu sinatuw wala naumun lahu maa fissamaawati wamaafil-ardhi,man dzalladzi yasfa’u ‘inda huu illabi idznihii ya’lamu maabaina aidhihim wa maa khalfahum wa layuhiithuuna bi syai-in min ‘ilmihii illabi maasyaa-a wasi’a kursiyyuhus samaawati wal ardha walaya-uduhu hifzhuhumaa wahuwal ‘aliyyul-‘azhiem.
3.Aamanar rasuulu bima unzila ilaihi mir robbihi wal mu’minuuna,kullun aamana billaahi wa malaaikatihii wa kutubihii wa rusulihii la nufarriqu baina ahadin min rusulihii waqaaluu sami’naa waa atho’naa ghufroonaka rabbanaa wa ilakal mashiiru.
4.Laa yukallifu-llaahu nafsaan illa wush’ahaa lahaa maa kasabat wa ‘alaihaa maaktasabat,rabbanaa laa tu’akhidznaa innasiinaa’aw a’thoo’naa rabbanaa wa laa tahmil ‘alainaa ishroon kamaahamaltahu ‘alal ladziinaa min qoblinaa,rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thoo qota lanaa bihii,wa’fu’annaa wagfirlanaa waarhamnaa.Anta maulanaa fanshurnaa alal qaumil kaafiriin.
Aaamin.
5.’laailaaha illallaahu wahdahu la syariikalahu,lahul-mulku walahul-hamdu,yuhyi wa yumiituwa huwa’alaa kulli syai-in qadiir.3X
6.Subhaanallaahi wal hamdu lillaahi,wa laa ilaha ilallaahu,wallaahu akbar.3X
7. Subhaanallaahi wa bi hamdihii subhaanallaa hil azdhiim.3X
8.Rabbanaagfir lanaa wa tub ‘alainaa,innaka antat-tawwaabur rahiim.3X
9.Allaahumma Shalli ‘alaa Muhammad,Allaahumma Shalli ‘alaihi wa sallim.3X
10.A’udzu bikalimaatillaahit-taammati min syarii maa khalaq.3X
11.Bismillaahil-ladzii la yadhurru ma’aasmihii syai’un fil-ardhi wa la fis-samaa’l,wa huwas
sami’ul’a-liim .3X
12.Radhiinaa billaahi rabbaan,wa bill islaami diinaan,wa bi muhammadin nabiyaan.3X
13.Bismillaahi wal hamdu lillaahi,wal khaairu was syarru bi maa syiaatillaah.3X
14.Aamannaa billaahi wal yaaumil aakhir,tubnaa ilallaahi baathinaan wa zhaahiraa.3X
15.Yaa rabbanaa wa’fu ‘annaa wamhulladzi kaana minnaa.3X
16.Yaa dzal-jalaali wal-ikraam,amitnaa ‘alaa diinil islaam.7X
17.Yaa qawiyyu ya matiinu,ikfisyarradh dhaalimiin.3X
18.Ashlahallaahu umural muslimiin,sharafallaahu syarral mukdziin.3X
19.Yaa ‘Aliyyu yaa kabiruu,yaa ‘aliimu yaa qadiiru,yaa Sami’u yaa bashiiru,yaa Lathiifu yaa khabiiru.3X
20.Yaa faarijal hammi,yaa kaasyifal ghammi,yaa man li’abdihii yagfiru wa yarham.3X
21.Astaghfirullaah rabbal baraaya,astaghfirullaah minal khataayaa.4X
22.Laa ilaaha illallaahu,laa ilaaha illallaahu.25X
Muhammadur Rasulullaah shallallaahu ‘alaaihi wa sallam wa syarrafa wa karrama wa majjada wa’ azhzhama,waradiyallaahu ta’aalaa an ashaabi Rasuulillaahi ajmain wattaabiinaa lahum biihsaani ilaa yawmiddin wa ‘alainaa ma’ahum birahmatika yaa arhamar raahimin.1X
23.Bismillaahir Rahmaanir Rahim
Qulhuallahu ahad,allaahus-Shamad,lamyalid,wa lam yulad,wa lam yakun lahu kufuwan ahad.3X
24.Bismillaahir Rahmmanir Rahim
Qul A’udzu birabbil falaqi,min syarri maa khalaqa wa min syarri ghaasiqin idza waqab,wa min syarrin naffaastati fil’ uqad wa min syarri haasidin idzaa hasad.1X
25.Bismillaahir Rahmmanir Rahim
Qul A’udzu bi rabbin naasi.Malikinnaasi.llaahin-naasi.Min syarril waswaasil khannaas.Alladzi yuwaswisu fi shudhuurinnaasi.Minal jinnati wa naas.1X
26.Al-Faatehah ilaa ruuhi habiibina wa syafi’inaa Rasuulillaahi Muhammadin ibni Abdillaah shallallahu ‘alaihi wassallam wa aalihi wa ashhaabihi wa dzurriyaatihi annallaaha yukli darajaatihim filjanna wayan fa’unaa biasraarihim wa an waarihim wa ‘uluumihim fiddini waddunyaa wal aakhirati wayaj’alunaa minhizbihim wa yar zuqunaa mahab batahum wa yatawaffaanaa ‘alaa millati him wa yahsyuurnaa fi zumratihim Al-Faatehah.(Baca Surat Faatehah).
27.Al-Faatehah ilaa ruuhi sayidinaa Ali Al ‘Uraidii wa ilaa ruuhi sayidinaal Muhaajir illallah Ahmad bin Isa tsumma ilaa ruuhi sayyidinaal Faqiihil Muqaddami Muhammad bin Alii baa Alawii wa usulihim wafuruu’ihim wajami’l saadaatina Aali Aabi ‘alawii Annallaaha yuqaddisu arwaahahum fil jannah,wayunawwiru dharaa ihahum wayu’iidu ‘alainaa min barakaatihim waanwaarihim fiddunnyaa wal aakhirah.Al Faatehah.(Baca Surat Faatehah).
28.Al-Faatehah ilaa arwaahi jami’l saadaatinass shufiyati,Annallaaha yuqaddisu arwaahahum fil jannah wayunawwiru dharaaiha hum wayu’iidu alainaa min barokaatihim wa asraarihim waanwaarihim fid dunya wa aakhirah,wa yulhiqunaabihim fi khairin wa’aafiyatin.Al-Faatehah.(Baca Surat Faatehah).
29.Al-Faatehah ilaa ruuhi shaahibirratibi al-uztaadzi sayyininaas Syarif Alquthubil ghaus,Abdullah bin Alwi Alhadaad baa ‘alawi,annallaaha yuqaddisu ruuhahu fil Jannah,wayunawwiru dhariihahu,wayu’iidu ‘alainaa min barakaatihi waasraarihi,waanwaarihi fiddunnya wal aakhirah,Al-Faatehah.(Baca Surat Fatehah).
30.Al-Faatehah ilaa ruuhi Sayyid Alwi bin Ibraahim Alhadaad tsuma ilaa ruuhi Syarifah ‘Aluyah binti Muhammad bin Ja’far Alhadaad.Tsumma ilaa arwaahi walidinaa wawalidikum,waamwaatinaa ajma’in,Annallaaha yagfirulahumwayarhamu hum wa yuskinuhhum filjannah wayushlihu umuural muslimiin,wayakfihim syarral mu’dziim wa yataqobbalu minnaa wa minkum,wayarzuqunaa waiyyaakum husnul khaatimah ‘indal maut fii khairin wa luthfin wa’aafiyatiin,wailaa hadlratin Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.Al-Faatehah.(Baca Surat Faatehah)
Bismillaahir Rahmanir Rahim
31Alhamdu lillaahi robbil ‘aalamiin,hamdaan yuwaa fii ni ‘amahu wa yukaafi masiidahu.Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ahli baitihi wa shohbihi wa sallim.Allaahumma innaa nasaluka bilhaqqil faatihatil mu’adhomati wassab’il matsaanii antaftaha lanaa bikulli khoirin,wa antata fa dhola alainaa bi kulli khoirin wa antaj’alanaa min ahlil khoirin,wa antu ‘aamilanaa yaa maulaanaa mu’aamalataka liahlil khoirin,wa antahfadhonaa fiiadyaaninaa wa anfusinaa wa aulaadinaa wa ash haabinaa wa ahbaabinaa min kulli mihnatin wa buk sin wa dhoyrin,innaaka waliyyu kulli khoirin,wa mutafadhdillun bikulli khoirin,wa mu’thin likulli khoirin,ya arhamarraahimiin.
32.Allaahumma innaa nas aluka ridhaaka wal Jannah,wa na’udzu bika min sakhathika wan naar.3X
a.Ya ‘aalimas sirri minna,la tahtiki sitra’anna,wa ‘aafinaa wa’fu ‘anaa,wakun lanaa haitsu kunnaa.3X
b.Yaa Allah bihaa,yaa Allah bihaa,yaa Allahu bi husnil khaatimah.3X
c.Yaa lathiifaan lam yazal,ulthuf binaa fimaa nasal,innaka lathiifun lam tazal,ulthuf binaa wal muslimiin.3X
d.Yaa lathiifaan bi khalqih,yaa ‘allimaan bi khalqih,yaa khabiiraan bi khalqih,ultuf binaa yaa lathifu yaa ‘aliimu yaa khabiir.3X
e.Yaa amaanal khaaifiin,aaminnaa mimmaa nakhaaf,ya amaanal khaaifiin,salimnaa mimma nakhaaf,ya amaanal khaaifin,najjinaa mimmaa nakhaaf.3X
“Al-Faatehah bill qabul,wa ilaa hadhratin nabiyir Rasul,Muhammadin shallallahu ‘alaihi wasallam.Al-Faatehah.(Baca Surat Faatehah).
Selengkapnya...